RSS

Cerpen " Sahabat atau Cinta"

Pagi yang mendung, aku segera merapikan dasiku. yang ber-motif kotak-kotak warna biru. dangan kemeja berompi kotak-kotak biru, dan rok di bawah lutut kotak-kotak biru juga. Di rompi nya terdapat kantong ber logo SMA Harapan Jaya.
Aku langsung pamit kepada mama dan papa. Aku segera meraih kunci mobil, dan mengemudikan mobil Honda Jazz merah.

Sesampainya di sekolah, aku memarkirkan mobilku di tempat parkir. Tak lama, seorang perempuan sebaya denganku berdiri di depan mobilku, seperti menungguku. Dia adalah Priska. Sahabatku.
“Hei, ngapain lo berdiri doang di situ? Hahaha… kaya patung tau gak sih lo, konyol!” ledekku. Dia langsung merangkulku. “Yuk ah, ke kantin dulu! gua laper.” ajakku.
Di kantin, aku dan Priska memesan satu porsi roti bakar. dan satu air mineral.
“EH, mana si Angel? belom nongol muka nya?” tanyaku.
“Tau tuh La, mungkin dia lelah. hahahha…” candanya.
TENG! TENG! TENG! bel berbunyi, aku segera menghabiskan rotiku itu dan langsung bergegas ke kelas. Saking terburu-burunya, dari arah yang berlawanan, aku menabrak seorang cowok.
“Aww… lo pake mata dong kalo jalan!?” bentak cowo itu.
“Aww? cowo? ngeluh? What? banci lo!” aku tak menghiraukan kata-kata cowok itu, aku langsung berlari lagi ke kelas.

Di kelas… “What, belum ada gurunya Pris? Angel juga mana?”
“Iya nih, tumben Angel telat, biasanya enggak.” jawabnya.
“Duduk aja yuk sambil nungguin Angel.” akhirnya, aku duduk di samping Priska. (DI SMA kami, boleh duduk di mana saja). kami berbincang-bincang. Tak lama setelah itu, bu Nada masuk dengan membawa anak baru dan.. ANGEL! Angel bersama anak baru itu. dan anak baru itu adalah, cowo yang tadi aku tabrak. Oh My God. Angel di persilahkan duduk oleh bu Nada. Angel duduk dengan Santy, di belakangku. sebenarnya sih, dia pasti ogah sama Santy. Karena Santy pendiem, gak seru, pemalu pula. tapi otaknya encer.
“Class. seperti yang kalian tahu, hari ini, akan ada murid baru. Rio, silahkan perkenalkan dirimu.” kata Bu Nada.
“Terima kasih bu,” kata anak itu. “Hai semua, nama gue Rio. lengkapnya, Rio Velano Saputra. gue pindahan dari SMA Galaxy.” cowo itu tersenyum padaku.
“ihh.. amit-amit cabang bayi deh gue.” gumamku.
“Baik anak-anak, ada pertanyaan tentang Rio?” tanya bu Nada.
“Saya bu! Rumahnya dimana? mungkin lain kali saya bisa ngujungin.” kata seseorang, yang tidak lain adalah PRISKA?
“Lo malu-maluin ih!” kataku.
“Gapapa dong, blee..” ia menjulurkan lidahnya, aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Rumahku, ada di Jl.Samudra 3 blok A1 nomor 4.” jawabnya.
Whatttt? Ga mimpi kan gua? rumah dia di sebelah rumah gua? batinku dalam hati.
“Ya sudah, Rio silahkan duduk di dekat… Vino.” kata Bu Nada. Depan Vino? apa? berarti dia duduk di depanku. Ya tuhan…

Ia menarik bangku di depanku. sampai, mejaku terdorong mengenai perutku.
“Heyy… gila lo ya, perut gua sakit tauu…” kataku.
“Aduh, gantian ya, tadi lo nabrak gua, sekarang, gua yang harus bales.” katanya penuh kemenangan.
“Ehh… udah lah, dia itu sebenernya baik kok, ya kan my Prince…” Hmm.. kelihatannya Priska jatuh cinta pada Rio, baguslah. Tapi kenapa tiba-tiba jantungku berdetak kencang? aku abaikan saja rasa ku itu.

TENG! TENG! TENG!
Aku segera berlari menuju kantin diikuti oleh Angel dan Priska.
“Eh, girls, sebenernya Rio itu sepupu gua.” kata Angel.
“Hah? Sepupu lo Ngel?” kaget Priska. sebenarnya, aku juga kaget. Tapi, aku biasa saja.
“Iya, jadi tuh, papa dia adiknya mama gua. Ya… agak jail gitu deh,” kata Angel sambil mengaduk-ngaduk jus jeruknya dengan sedotan.
“Pantes tadi dia ngelirik gua,” kataku sambil mengunyah baksoku.
“Vina! Maksud lo, dia suka sama lo?” tanya Priska. Nadanya agak keras.
“Gak juga.. tapi, kenapa lo kaya marah Pris?” kataku heran.
“Gimana gua, gak marah, gua suka sama dia, lo jangan ambil dia!” katanya kembali duduk.
“tenang aja, gua gak akan ngambil dia kok.” kataku santai.
“Janji lhoo…” Deg. Jantungku berdetak lagi, seakan takut dengan kata-kata ‘JANJI’ aku merasa aku tidak bisa berkata Janji karena seolah-olah aku suka pada Rio dan tak dapat meninggalkannya.
“Kenapa ngelamun?” kata Priska menyadarkanku dari lamunanku.
“Ah..e..enggak, ya udah, gua cabut duluan ya?” aku segera bangkit dan menuju kelas.

Di kelas, aku hanya mendapati Rio seorang. Hampir saja ketahuan kalau aku masuk kelas, aku lalu bersembunyi di balik pintu.
“Kalo lo mau masuk, masuk aja.” kata Rio. Hah? kok dia bisa tau? batinku. aku memasuki kelas.
“Jadi, lo tau gua sembunyi?” tanyaku.
“Pengelihatan gua gak rabun. Vina!” katanya menyebut namaku di akhir kalimat.
“Kok lo tau nama gua?” tanyaku terheran-heran.
“Dari Angel,” jawabnya santai.
“Ih..” aku langsung duduk di tempatku. lalu, ia membalikkan wajahnya ke belakang.
“Sayang banget ya, lo cantik tapi.. jutek, bikin lo makin lucu.” kata dia sambil melihat mataku dalam-dalam. Aku jadi salting, malu. Deg. jantungku berdetak lagi.
“i..ii..hh.. apaan sih lo,” kata ku sambil memalingkan wajahku.
lalu, dia memegang tanganku. sebenarnya, aku ingin menariknya tapi…
“Ooh… ini yang namanya gak akan ngerebut Rio dari gua?” bentak Priska.
“Pris..priska!” Priska lari dibuntuti oleh Angel.
“Eh, cowo sialan! gara-gara lo, sahabat gua jadi marah, lepasin tangan gua!” kataku sambil melepaskan genggamannya.

Aku lalu mengejar Priska ke kamar mandi.
“PRISKA?” kataku.
“Ngapain lo datengin gua? puas lo ngambil Prince gua? dulu lo ambil Reno dari gua. sekarang? lo mau ambil Rio? belom puas lo liat gua tersiksa?” kata Priska sambil terisak-isak.
“Priska, gua gak bermaksud ngambil dia, lo harus dengerin gua dulu.” kataku.
“Apa? Apa yang harus gua denger? alasan konyol lo waktu lo ngerebut Reno? Lo bilang dia yang deketin lo? Ha?” bentak Priska.
“Pris.. udah Pris, nanti asma lo kambuh..” kata Angel. “Vina, lo cabut dulu deh, biar dia tenang dulu.” kata Angel. Aku menganggukan kepala, saat ingin meraih gagang pintu. Terdengar suara Priska, yang sepertinya Asma-nya kambuh. “PRISKAAAAA!!!”

Aku dan Angel segera membopong Priska keluar dari toilet dan membawanya ke UKS.
“Ngel, di tas bagian depan Priska ada obat asmanya. cepet ambil!” perintahku. Angel segera berlari secepat kilat ke kelas, dan mengambil obat asma Priska.
“Nih,” TENG! TENG! TENG! tepat Angel berkata ‘NIH’ bel istirahat usai berbunyi. Aku segera menyemprotkan obat asma-nya kedalam mulutnya. akhirnya dia sadar juga.
“Loo…uhuk..uhuk…”
“Udah lah Pris, lo istirahat ya,” kataku.
“gua ga mau liat muka lo lagi Vin,” katanya. “Lo tuh munafik sama sahabat sendiri.” katanya. Aku kaget bukan kepalang, dia tega berkata kaya gitu.
“Kok lo tega sih sama gua?” tanya ku,
“Lebih tega mana? Lo atau gua?” dia balik bertanya.
“Udah.. udah, Vin, gua minta lo ke kelas dulu ya..”

Sementara di kelas sudah ada pak Gustin.
“Kemana ini, Priska, Vina, dan Angel?” tanya pak Gustin. Rio yang sedang asyik membaca buku menjawab pertanyaan pak Gustin.
“Tadi sih,,” belum sempat melanjutkan, aku sudah di ambang pintu. “Itu dia pak!”
“Kamu dari mana saja Vina? telat 10 menit!”
“Itu pak, anu.. ”
“mungkin dia malu ngeliat kegantengan saya pak..” kata Rio ke-PD-an.
“Cihuyyyy…” koor semua anak.
“Ihh… awas lo!” kataku. “Tadi pak, asma-nya Priska kambuh…”
“ASMA? PRISKA?” sontak Leo kaget mendengarnya, ya Leo adalah anak cowo yang suka sama Priska.
“Ya sudah, kalau begitu, bapak mau ke UKS dulu deh, pelajaran jam ini kosong,” Pak Gustin menuju keluar kelas.

“Cantikk…” goda Rio.
“Apa lo? Jangan cari mati ya lo,” kataku mendelik. “Jutek banget sih lo,”
“Mang napa? Masalah gitu?” kataku.
“Masalah banget, lo kan cewek gua.” kata Rio kepedean.
“Udah jadian nih?” Vino ikut nimbrung.
“Isshh…” aku pindah ke tempat Angel. Rio malah duduk di bangku ku dan mengambil secarik kertas.
“Ehh, mau ngapain lo!? sini balikin nggak!” kataku. Ia mengangkat tangannya sehingga aku tidak dapat meraihnya. Huft akhirnya dapat juga.

TENG! TENG! TENG! bel pulang berbunyi. Aku mengajak Angel untuk pulang bareng karena dari tadi, dia belum di jemput. kalau Priska sudah pulang duluan sejak pelajaran pak Guntur.
“Berarti gue ikut,” kata Rio seenaknya. “HAH? ELO? IKUT?” kataku dengan suara tinggi.
“Iya lah, gua kan sepupunya Angel, masa Angel enak naik mobil, gua jalan kaki.” katanya. Aku menatap Angel. Angel hanya mengangkat bahu. “Haaahh… ya udah deh ah,” kataku. aku segera membuka pintu mobil. Aku sudah duduk di jok supir. Aku melihat Rio membuka pintu depan, ku kira ia membukakan pintunya untuk Angel ternyata dia yang duduk di sampingku.
“Lho? kok lo yang di depan? harusnya Angel!” kataku tak sudi sahabatku di belakang.
“Gue kan mau deket lo,” katanya sambil merangkulku. Krekkk… aku memutar tangannya hingga bunyi.
“Argghh… macho juga lo jadi cewek.” katanya sambil merintih kesakitan.
Aku hanya terkekeh melihatnya.

Malamnya, aku duduk di kursi balkon. Aku teringat kejadian di sekolah tadi, bertabrakan dengan Rio, dia menggenggap tangannku dan ya, banyak lah. Tapi, sebuah masalah terlintas di benakku.
“Ah, tapi bagaimana dengan Priska? Dia begitu mencintainya.” aku berpikir terus menerus. SAHABAT ATAU CINTA?
Tin..Tin.. sebuah mobil tanpa atap berwarna merah parkir di depan rumahku. Krekk… bik Nuni membuka pintu kamarku. “Non, ada tamu tuh,”
“Siapa bi?” tanyaku. “Ga tau tuh non, soalnya pakai kacamata.” jawab bi nuni.
“Ya udah bi, suruh tunggu bentar.” kataku sembari menyuruh bi Nuni keluar dari kamarku. Aku segera berganti pakaian menjadi, celana jeans, dan baju Casual dan memakai sepatu Nike, sehingga berkesan dewasa. tidak lupa aku memasukkan BB-ku kedalam kantong. Lalu, aku segera turun ke bawah.
“Bik, aku pergi ya, sama temen.” pamitku. Karena di rumah gak ada papa dan mama.
Lanjutt
“Lo siapa?” tanyaku.
“Naik dulu.” pintanya, aku bertanya dia siapa karena ia memakai topi dan kacamata sehingga wajahnya tertutup.
“Setelah itu, mobilnya berjalan melaju dengan kecepatan sedang. Lalu, ia membuka kacamatanya.
“gua Rio.” katanya. aku sontak langsung kaget, dalam hati berkata ; begoo… bego.. emang gua, harusnya gua lebih teliti. “Turunin gua gak!” kataku. “Kalo gak, gua bakalan lompat.” ancamku. “Silahkan aja lompat, siapa sih, orang yang mau ngelakuin hal sekonyol itu?” katanya dengan senyuman penuh kemenangan.
bener juga ya, mana ada orang mau lakuin hal sekonyol itu. pikirku dalam hati.
“Gak jadi kan,” katanya. Ciiiiitt… ia menginjak rem dan memarkirkan mobilnya di depan Starbucks Cofee.
“Lo mau makan di sini?” tanyaku.
“Dimana lagi, gua mau sama lo.” katanya sambil membukakan pintu di sampingku.
“Makasih,” kataku masih tetap cuek. Aku berjalan menuju meja. meja yang tidak terlalu jauh dari pintu keluar. Aku yang memilihnya di situ. jadi, kalau aku di apa-apain, aku bisa tinggal lari dengan sepatu sport ku ini. :D . dia memesan beberapa menu yang telah ku pilih. Lalu, sambil menunggu, dia mendekatiku.
“Gaya lo, berkesan remaja dan mandiri banget. gua makin suka sama lo.” katanya. Aku langsung tersentak kaget. lalu, ia berkata lagi. “Lo pasti mau jadi pacar gua.” katanya. aku makin deg-degan antara bingung dan bimbang.
Dia masih menggenggam tanganku dan hingga akhirnya. “Vina?!” teriak Priska yang menyadarkanku dari lamunanku.
“Pri…ss..kaaa!!!” aku segera mencegat Priska.
“Apa lo? puas? Hah? sekarang lo ga bisa bohong lagi sama gua! Lo munafik!” dia terus berlari, menyebrang jalan. Di belakangku ada Rio yang mengejarku. Aku tak memperdulikannya. Aku berlari menyebrang jalan, tapi… Tiiiinnn… tiiinn… sebuah mobil minibus menabrakku. Kini, pikiranku tak karuan.. aku hanya mendengar suara-suara yang meneriakanku dan beberapa orang mengelilingiku. terasa kepalaku seperti mengeluarkan cairan, hidungku, telingaku.

-SKIP-
Aku membuka mataku secara perlahan. ku lihat seseorang tertidur pulas di sofa. “Rio?” kataku pelan. “Vina.. lo udah sadar?” katanya.
“Mana mama dan papa?” tanyaku. “Mama sama papa lo lagi lagi perjalanan ke sini,” katanya. “Nih, minum. Sehat kok.” katanya sambil memberikan segelas air kelapa muda murni. Krekk.. pintu di buka seseorang. “Priska?” kagetku. “Maafin gua Vin, gua udah bersikap kasar sama lo semenjak ada dia.” katanya sambil menunjuk si Rio.
“Iya, gapapa. gua ngerti kok.” kataku. Krekk.. seketika pintu di buka lagi oleh seseorang. “MAMA? PAPA? ANGEL?” aku tersenyum melihat mereka mengunjungiku.
“Alhamdulillah nak, kamu selamat.” kata papa dan mama.
“Maaf om, tante. ini emang salah Priska. Priska terlalu egois sampe-sampe nggak peduli sama Vina yang ngikutin Priska dari belakang.” kata Priska tertunduk. Mama dan Papa bertatapan sebentar lalu tersenyum, “Nak Priska, ini bukan salah kamu kok, ini emang Vina-nya aja yang suka nekat.” kata Mama.
“Bener tante? Tante gak marah?” tanya Priska meyakinkan.
“Iya,” jawab mama. Aku melirik pada Rio yang tengah asik membaca bersama Angel. aku tersenyum padanya, ternyata dia juga melihat aku. Aku jadi salah tingkah.

Jam 12.00 siang, mama dan papa sudah pulang, kini hanya ada aku, Priska, Angel, dan Rio.
“Vin, bisa gua ngomong sama lo?” tanya Priska. Angel dan Rio keluar dari ruangan.
“Vina, sekarang, gua udh bisa ngerelain Rio untuk lo.” katanya sambil meneteskan air matanya. “Sekarang, gua percaya, gua yakin, kalo gua sayang sama Rio, gua harus bisa buat dia bahagia.” katanya lagi.
“Tapi Pris.. gua tau, lo suka, sayang plus cinta banget sama Rio.”
“Iya emang, tapi, apa boleh buat? sahabat gua juga suka sama dia. :) ” katanya sambil tersenyum.
“Rio!!” panggil Priska. Rio pun masuk keruangan.
“Apa Pris?” tanya Rio. “Sekarang, lo bisa jadian, detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, bulan ini, tahun ini juga sama sahabat gua.” katanya tersenyum tulus. “Angel!” kemudian ia memanggil Angel. Angel pun masuk. “Angel, kita jadi saksi jadiannya Rio dan Vina. RiVi!” kata Priska.
“Setuju!” angguk Angel.
“Beneran lo?” tanya Rio seneng.
“Beneran,” kata Priska.
Rio mulai membuka mulutnya, “Vina, lo mau enggak jadi pacar gua?” tanya Rio.
“Hah? Eh..ngngng.. mau gak ya…?” kataku iseng. “Kalo gak mau gimana?”
“Kalo lo gak mau, gua akan lompat dari menara Eiffel.” katanya.
“Orang konyol macam apa sih lo? Mana ada orang yang mau lompat dari menara Eiffel,” balasku.
“Hmm…”
“gua mau!” kataku Mantap.. akhirnya kami berdua jadian saat itu.

Sebulan lebih, aku mengawali hari-hariku setelah 1 minggu di rumah sakit, di temani Rio dan kedua sahabatku, akhirnya aku bisa keluar dari kesunyian serta kebosanan yang aku alami.
Dulu, aku sempat bertanya, ‘SAHABAT ATAU CINTA?’ kini, aku tahu jawabannya. Aku mendapati kedua-duanya. A Story Always Happy Ending. :D

Cerpen Karangan: Annisa Tabriza Diva Kusuma
Facebook: Annisa Tabriza

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar