Pelanggaran Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan dan juga masyarakat.etika bisnis dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku yang adil. Tetapi ada saja perilaku yang menyimpang dari
etika bisnis, sering disebut pelanggaran etika bisnis. Pelanggaran etika bisnis ini terjadi demi
mendapatkan keuntungan yanglebih besar.
Nah,, berikut untuk memenuhi tugas mata
kulia Etika Bisnis, saya membuat tulisan contoh perilaku pelanggaran etika
bisnis yang terjadi dalam lingkungan sosial masyarakat.
Siapa yang tidak kenal dengan tempe?
Tempe sudah tidak asing dikalangan masyarakat Indonesia, tempe termasuk bahan
makanan favorit untuk masyarakat Indonesia. Tempe adalah makanan hasil
fermentasi kedelai dengan ragi (sejenis jamur). Selain harganya murah dan mudah
didapat, tempe adalah makanan yang enak. Apalagi tempe bisa diolah dan
disajikan menjadi berbagai jenis makanan. Contohnya : tempe goreng, tempe
bacem, orek tempe, kripik tempe dan masih banyak lagi tergantung selera
masyarakat. Jenis makanan ini memang terkenal murah, tetapi meskipun harganya
murah bukan berarti tempe tidak memiliki manfaat. Banyak manfaat yang
terkandung dalam tempe antara lain : protein nabati, komponen antibakteri yang
bermanfaat besar bagi kesehatan, dan dapat menurunkan kadar kolesterol.
Kelengkapan
gizi dan vitamin dalam makanan berbasis kedelai inilah yang membuat tempe amat
baik untuk diberikan ke segala kelompok umur, dari bayi sampai orang lanjut
usia. Jadi, layak makanan ini disebut makanan semua umur.
Mencari
bahan mentah persediaan juga tak sulit. Tempe didistribusikan para pedagang dan
pengrajin tempe di warung – warung di pasar tradisional dan ada juga keliling
jualan dengan sepeda motor. Di pasar, berbagai jenis tempe dijual dengan bentuk
dan warna yang berbeda – beda.
Nah, di sini
saya akan menulis tentang “Pelanggaran Etika Bisnis dalam pembuatan Tempe”.
Saya mengumpulkan informasi pelanggaran etika bisnis ini dari tayangan
Reportase Investigasi yang ditayangkan di TransTV, selain dari tayangan
tersebut saya juga mengumpulkan informasi dari artikel Tim SIGI SCTV.
Mungkin
sebagian di antara kita tidak memperdulikan hal ini, tetapi sebaiknya untuk
kesehatan kita perlu untuk mengetahui pelanggaran dalam pembuatan tempe.
Beberapa pedagang tempe yang menjual tempe produksinya sendiri mengakui penggunaan pewarna agar tempenya terlihat
cerah serta menarik. Tentu pewarna yang digunakan diyakini aman untuk
dikonsumsi.
Namun, di tengah upaya sekelompok pengrajin
dan pedagang tempe dengan cara yang jujur, muncul segelintir pengrajin tempe
nakal. Disebut nakal, karena kecurangannya. Mereka menggunakan zat pewarna
tekstil yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dengan berbagai macam alasan.
Tim SIGI mencoba melacak kebenaran pengrajin tempe yang menggunakan zat pewarna
tekstil. Salah satu pengrajin tempe yang konon pernah menggunakan pewarna
tekstil tim Sigi dekati. Dari informasinya, tim Sigi mencari pengrajin tempe
yang masih menggunakan pewarna tekstil dan berhasil. Berkat bantuan seorang
narasumber tim Sigi, pengrajin itu bahkan bersedia mengungkap rahasia dapurnya
membuat tempe yang dicurigai mengandung zat kimia berbahaya.
Seperti telah diduga, serbuk pewarna
yang berbahaya juga dibeli siperajin tempe nakal tersebut. Ia lalu memasak,
merendam, mencuci, dan meniriskan kedelai sebelum mencetak dalam kemasan
plastik. Saat menaburi kedelai dengan ragi, si pengrajin tempe mengeluarkan
senjata rahasianya, yaitu menaburi dua sampa tiga sendok serbuk pewarna ke
dalam tong penampung kedelai. Maksudnya agar tempe kelihatan cerah dan menarik.
Tapi, jika benar ada kandungan zat berbahaya, tentu saja ini cara yang salah.
Upaya
curang seperti itu bukan hanya merugikan konsumen, namun ada bahaya lain yang
tidak kentara. Tempe yang mengandung pewarna tekstil jika dikonsumsi manusia
bisa mengundang penyakit serius. Pewarna tekstil mengandung zat kimia berbahaya
dan diklasifikasikan sebagai bahan kimia yang bisa menyebabkan kanker.
Berikut hasil uji sampel tempe yang
menggunakan bahan pewarna tekstil dengan menggunakan metode “pengujian food
security kit” yaitu metode pengjian bahan kimia makanan. Tujuan uji sampel ini
untuk memeriksa kualitas makanan dari kontaminasi zat kimia berbahaya secara
kualitatif. Uji tersebut dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Jawa
Barat.
Hasilnya,
positif mengandung rhodamin b, zat kimia bukan untuk makanan. Tempe yang
mengandung zat kimia berbahaya apabila dikonsumsi terus menerus akan
terakumulasi dalam tubuh dan berdampak negatif jangka panjang terhadap
kesehatan tubuh. Pengawasan terkordinasi dari semua pihak terhadap pelanggaran
pengolahan tempe yang merupakan industri rumahan dinilai masih amat kurang. Hal
inilah yang menjadi sorotan serus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.
Di sisi
lain, tak bisa dipungkiri alasan pengrajin tempe menggunakan pewarna sebagai
penarik dagangannya. Tempe yang diberi pewarna secara fisik lebih menarik
lantaran biji kedelai terlihat cerah dan warna tempe terlihat kekuning –
kuningan. Lantas, bagaimana caranya agar kita terhindar dari pemakai zat kimia
berbahaya?
Tempe
dengan Pewarna
|
Tempe
tanpa Pewarna
|
-
Biji kedelai terihat kuning
-
Tempe cepat busuk
-
Setelah dimasak berwarna kekuningan
|
-
Biji kedelai terlihat putih
-
Tempe bertahan lebih dari 1 hari
-
Setelah dimasak berwarna kecoklatan
|
Selain
pewarna tekstil, kecurangan dalam pembuatan tempe juga dilakukan untuk
mempersingkat waktu. Seperti kita ketahui dalam proses pembuatan tempe dimulai
dengan perebusan, pengupasan, perendaman
dan pengasaman, pencucian, peragian, pembungkusan, dan fermentasi. Jadi, tidak
heran kalau prosesnya bisa sampai memakan waktu kurang lebih 4 hari. Nahh,
mungkin karena prosesnya memakan waktu yang lumayan lama inilah yang kemudian
menunculkan kecurangan – kecurangan para perajin tempe. Tempe yang seharusnya dibuat
dengan baha kedelai pilihan, kini banyak dicampur dengan kedelai yang
berkualitas jelek. Untuk menyamarkan, maka oknum pelaku menambahkan pewarna
tekstil dan boraks untuk mempercepat fermentasi.
Dengan
menggunakan boraks maka proses fermentasi bisa menjadi 1 hari dan tempe pun
akan menjadi awet ( tidak mudah busuk ). Pelaku dengan gampangnya melakukan
kecurangan dalam pembuatan tempe tanpa memikirkan resiko terhadap konsumen.
Menurut pasal
1 (4) UU no. 7/1996 menyatakan bahwa “Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia,
dan benda lain yang xdapat menggangu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia”. Dalam unudang – undang tersebut jelas ada larangan untuk pelanggaran
dalam pembuatan makanan, tetapi masih saja ada oknum yang melanggar demi
mendapat keuntungan yang besar tanpa takut terhadap hukum negara.
Okee,,,, sekarang kita sudah tahu
tentang pelanggaran etika bisnis dalam pembuatan tempe. Maka, kita juga sudah
bisa membedakan mana tempe yang menggunakan pewarna tekstil dan boraks dengan
tempe tanpa menggunakan pewarna tekstil dan boraks. Oleh karena itu, tidak usah
khawatir lagi untuk mengkonsumsi tempe. Tempe makanan yang memiliki sumber
protein yang tinggi, selain itu tempe juga memiliki kandungan vitamin, mineral,
dan anti oksida. Bahkan kandungan gizi tempe lebih baik baik dibandingkan
daging. Jadi, kenali dan periksa secara teliti sebelum membeli J .
0 komentar:
Posting Komentar